Sabtu, 22 Oktober 2011

Beton beragregat Terak Nikel dan Pasir

1.      Teori Beton
(SKSNI T-15-1990-03:1) Definisi tentang beton sebagai campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk massa padat. Nawy (1985) mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya. Neville dan Brooks (1987) Definisi lain ditinjau dari keragaman material pembentuk beton yaitu bahan yang terbuat dari berbagai macam tipe semen, agregat dan juga bahan pozzolan, abu terbang, terak tanur tinggi, serat dan lain-lain. Sesuai perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, menurut Supartono (1998) ternyata kriteria beton tinggi juga berubah sesuai dengan perkembangan jaman, beton dikatakan mutu tinggi jika kekuatan tekannya di atas 50 Mpa dan di atas 80 Mpa adalah beton mutu sangat tinggi. Ada beberapa fakta yang mempengaruhi kekuatan beton mutu tinggi,yaitu:
*      Air
Kekuatan dan mutu beton umumnya sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang   
dipergunakan. Air yang digunakan untuk campuran beton memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.       Tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, bahan padat sulfat, klorida dan   
       bahan lainnya, yang dapat merusak beton. Sebaliknya digunakan air yang  
       dapat digunakan air yang dapat digunakan untuk minum.
b.      Air yang keruh sebelum digunakan harus diendapkan minimal 24 jam atau   
 jika dapat disaring terlebih dahulu.

*      Agregat kasar
Agregat kasar adalah agregat yang semua butirannya tertinggal di atas ayakan 4,8 mm (ASTM C33,1982). Agregat kasar yang baik dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai campuran dalam pembuatan beton harus mempunyai sifat-sifat yaitu:
a.  Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.Agregat kasar   mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.
b.  Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%. Yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.
c.      Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
      seperti zat-zat yang reaktif alkali.

*       Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat yang semua butirannya menembus ayakan berlubang 4,8 mm (ASTM C33, 1982). Agregat halus yang baik dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai campuran dalam pembuatan beton harus mempunyai sifat-sifat yaitu :
a.       Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi  
      alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-
      alat pemecah batu.
b.      Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir
      agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
      pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
c.      Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% . Yang artinya
      dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm.
      Apabila kadar lumpur melampaui 5% maka agregat halus harus dicuci.


*      Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari perpaduan bahan baku batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempunung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk (bulk), tanpa memandang proses pembuatannya,yang mengeras atau membantu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa: Silika Oksida (SiO2), Aluminium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk klinkernya yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gibs (gypsum) dalam jumlah yang sesuai (Mulyono. T, 2004).
Semen yang digunakan untuk pembuatan beton dalam penelitian ini adalah semen portland yang merupakan campuran silikat kalsium, aluminium, kalsium dan dapat berhidrasi bila diberi air (semen tidak mengeras karena pengeringan tetapi oleh karena reaksi hidrasi kimia yang melepaskan panas). Reaksi hidrasi kimia:
Aluminium kalsium : Ca3Al2O6+6H2O Ca3Al2(OH)12
Silikat kalsium : Ca2SiO4+xH2O Ca2SiO4.xH2O
(Ferdinand. L.S and Andrew.P,1985)

2.      Metode perancangan beton (Mix Design)
*      Metode ACI (American Conceat Institute) Method, mensyaratkan suatu campuran perancangan beton dengan mempertimbangkan sisi ekonomisnya dengan memperhatikan ketersediaan bahan-bahan dilapangan, kemudahan pekerjaan, serta keawetan dan kekuatan pekerjaan beton.  Cara ACI melihat bahwa dengan ukuran agregat tertentu, jumlah air perkubik akan menentukan tingkat konsistensi dari campuran beton yang pada akhirnya akan mempengaruhi peleksanaan pekerjaan (workability).

*  Metode Road Note No.4, cara perancangan ini ditekankan pada pengaruh gradasi agregat terhadap kemudahan pengerjaan.

* Metode SK.SNI T-15-1990-03./ Current British Method (D0E) , disusun oleh British Departement of Environment pada tahun 1975 untuk menggantikan Road Note.4 di Inggris. Untuk kondisi diindonesia telah diadakan penyesuaian pada besarnya variasi kuat tekan beton.

*  Metode campuran Coba-coba, cara coba-coba dikembangkan berdasarkan cara metode ACI, Road Note No.4 dan SK.SNI T-15-1990-03, setelah dilakukan pelaksanaan dan evaluasi. Cara ini berusaha mendapatkan pori-pori yang minimum atau kepadatan beton yang maksimum artinya bahwa kebutuhan kebutuhan agregat halus maksimum untuk mendapatkan kebutuhan semen minimum.

3. Metode Perawatan (Curing ) Beton
Perawatan dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan.Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan tidak hanya dimaksud untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksud untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur. Perawatan beton ada 2 cara yaitu dengan cara penguapan dan pembasahan.

*      Perawatan beton dengan cara pembasahan yaitu: menaruh beton dalam ruangan lembab, menaruh beton dalam genangan air, menaruh beton dalam air, menyelimuti permukaan beton dengan air, menyelimuti permukaan beton dengan karung basah dan menyirami permukaan beton secara kontinu.

*   Perawatan dengan uap yaitu perawatan dengan tekanan rendah dan perawatan dengan tekanan tinggi ( Mulyono Tri, 2004).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar