Jumat, 04 November 2011

KARBONASI SABUT KELAPA DENGAN MENGUNAKAN KALENG SLINDER

BAB I
 PENDAHULUAN
 
 Tingkat pemakaian bahan bakar terutama bahan bakar fosil di dunia semakin meningkat seiring dengan semakin bertambahnya populasi manusia dan meningkatnya laju industri di berbagai negara di dunia. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya krisis bahan bakar. Di samping itu kesadaran manusia akan lingkungan semakin tinggi sehingga muncul kekhawatiran meningkatnya laju pencemaran lingkungan terutama polusi udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga muncul sebuah pemikiran penggunaan energi alternatif yang bersih.
Beberapa jenis sumber energi alternatif yang bisa dikembangkan antara lain : energi matahari, energi angin, energi panas bumi, energi panas laut (OTEC) dan energi biomassa.
Di antara sumber energy alternative disini adalah sabut kelapa yang dapat digunakan sebagai biobriket untuk menggantikan atau sebagai alternativelain  bagi mayarakat dalam penggunaan bahan bakar fosil yang semakin menipis.
Di dalam eksperimen ini juga kami akan menentukan pengkarbonan sabut kelapa untuk membuat briket sabut kelapa dengan menggunakan kaleng slinder dan di fariasikan dengan jumlah lubang pada kaleng tersebut.

B.     Batasan Masalah  
Pada dasarnya, cakupan masalah dalam penelitian ini cukup luas, namun penelitian ini hanya dibatasi pada :
1.       Bahan yang digunakan adalah sabut kelapa
2.      Tabung yang di gunakan telah di tentukan volumenya

C.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti pada 
penelitian ini yaitu Bagaimana pengaruh jumlah lubang terhadap laju pengkarbonan sabut kelapa.
D.     Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
Untuk mengetahui pengaruh lubang pada slinder kaleng terhadap laju pengkarbonan sabut kelapa.

E.     Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
Sebagai literature bagi mahasiswa untuk mengetahui data mengenai laju pengkarbonan sabut kelapa.

BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA

A.   Sabut kelapa
Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35 % dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 % dari sabut), dan gabus 175 gram (25 % dari sabut). (http://www.e-smartschool.com/)
Sabut kelapa merupakan bagian terluar buah kelapa yang membungkus tempurung kelapa. Ketebalan sabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar (exocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium). Endocarpium mengandung serat-serat halus yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat tali, karung, pulp, karpet, sikat, keset, isolator panas dan suara, filter, bahan pengisi jok kursi/mobil dan papan hardboard. Satu butir buah kelapa menghasilkan 0,4 kg sabut yang mengandung 30% serat. Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan potasium (Rindengan et al., 1995).

B.    Briket Bioarang
Bioarang merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-daunan, rumput, jerami, kertas, ataupun limbah pertanian lainnya yang dapat dikarbonasi. Bioarang ini dapat digunakan melalui proses pengolahan, salah satunya menjadi briket bioarang (Brades dan Tobing, 2008) dalam (Ndraha, 2009).
Kualitas dari bioarang ini tidak kalah dengan batu bara atau bahan bakar jenis arang lainnya. Briquetting terhadap suatu material merupakan cara mendapatkan bentuk dan ukuran yang dikehendaki agar dipergunakan untuk keperluan tertentu (Josep dan Hislop, 1981). Kualitas briket bioarang ditentukan oleh bahan pembuat/penyusunnya, sehingga mempengaruhi kualitas nilai kalor, kadar air, kadar abu, kadar bahan menguap, dan kadar karbon terikat pada briket tersebut (Hartoyo, 1983) dalam (Ndraha, 2009). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar